Kalau ditanya apa kenangan masa kecil yang paling berkesan, hal pertama yang ada dalam pikiran saya adalah rumah lamanya Mbah Kakung. Dulu Mbah Kakung dan Mbah Putri punya sebuah rumah tua berukuran besar, sebagian besar terbuat dari kayu. Rumah Mbah terletak di kota Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Saat sebuah bank membeli sebagian tanah milik Mbah, Mbahpun membangun rumah yang lokasinya di belakang rumah lama. Meski rumah lama Mbah sudah berganti jadi sebuah gedung, tapi saya sering terkenang saat kecil bermain di sana. Lewat postingan ini saya ingin mengikat kenangan yang saya miliki tentang rumah itu.
Di bagian depan rumah Mbah ada sebuah teras. Saya ingat pernah duduk di teras tersebut bersama Bapak, Ibu, dan Mbah Kakung. Di sebelah kiri teras ada sebuah kamar kecil. Kata ibu sih dulu kamar itu sempat disewakan. Berapa tepatnya jumlah kamar di rumah Mbah saya juga lupa. Kalau nggak salah nih di rumah bagian depan ada sekitar 4 atau 5 kamar. Soalnya si Mbah memang anaknya banyak.
Seingat saya ruang tamunya sendiri menyatu dengan ruang tengah. Jadi ruangannya terasa luas. Lalu ada sebuah undak-undakan yang menuju ke ruang yang menghubungkan rumah depan dan bagian belakang.
Di rumah bagian belakang ada sebuah kamar dan di sampingnya adalah dapur yang berukuran cukup luas. Kamar mandi dan sumur ada di bagian luar tapi berdempetan dengan rumah. Di belakang rumah Mbah ada rumah milik Pakde saya. Sayapun sering bermain di sana.
Halaman depan dan samping kiri rumah Mbah sangat luas, terutama bagi saya yang dulu masih kecil. Ada beberapa pohon berukuran besar. Di bawah pohon rindang itu saya dan sepupu-sepupu saya sering bermain bersama. Kata ibu di halaman depan saat ibu masih kecil, sering juga dipakai untuk lapangan bulutangkis. Kalau bulan purnama anak-anak bermain di halaman.
Di kiri rumah Mbah ada sebuah jalan kecil yang sering dilewati tetangga. Beberapa kali saya mendengar cerita seram tentang pohon yang ada di jalan kecil itu. Alhamdulillah sih seumur hidup saya nggak pernah melihat apapun yang aneh di rumah Mbah atau di sekitarnya he he.
Saya lupa kapan tepatnya tanah Mbah dibeli oleh bank. Yang jelas sih setelah si Mbah pindah ke belakang, tanah di bagian depan masih kosong, tidak langsung dibangun. Saya dan para sepupu juga masih sering bermain di bekas rumah Mbah. Sekarang baik Mbah Kakung dan Mbah Putri sudah meninggal dunia, begitu pula beberapa sepupu teman sepermainan saya saat masih kecil dulu.
Jadi kalau mengingat tentang rumah Mbah rasanya campur aduk, ada bahagia tapi ada juga sedihnya. Namun biar bagaimanapun, kenangan tentang rumah Mbah adalah kenangan masa kecil yang manis untuk saya.
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar yang sopan, tapi jangan beri link hidup di postingan ya. Terima kasih sudah berkunjung :)
Hubungi lewat: itshenipuspita@gmail.com
Jangan lupa follow IG @henipuspita29
Twitter @henipuspita29