Bunda, tau nggak kalau tahun ini dalam peringatan Hari Gizi Nasional, Kementrian Kesehatan mengusung tema ”Remaja Sehat, Bebas Anemia.”? Perbaikan gizi masyarakat difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan dan usia remaja, sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Memang ada apa dengan anemia ya? Kok Kementrian Kesehatan concern terhadap anemia pada anak dan remaja? Karena 1 dari 3 anak berusia 5 tahun serta 3 hingga 4 dari 10 remaja di Indonesia mengalami anemia. 50 hingga 60% kasus anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi sehingga kadar Hb (hemoglobin) dalam darah kurang dari normal. Salah satu penyebab defisiensi zat besi adalah asupan gizi yang tidak optimal.
Zat besi meski tidak dibutuhkan dalam jumlah banyak, tapi berperan penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak. Selain itu zat besi juga memiliki dampak jangka panjang pada kualitas anak.
Peran Zat Besi dalam Perkembangan Otak
Zat besi berperan dalam pembentukan selaput saraf yang membantu proses penerimaan informasi pada otak dan meningkatkan proses belajar.
Peran Zat Besi untuk Pertumbuhan Fisik dan Energi
Zat besi adalah salah satu komponen pembentuk hemoglobin (Hb) yang berperan membawa oksigen ke sel tubuh agar berfungsi optimal dan mendukung anak untuk aktif bereksplorasi dan siap belajar.
Lalu bagaimana ya cara kita tau apakah anak mengalami kekurangan zat besi? Yang bisa kita lakukan adalah mengamati anak kita, Bunda. Gejala ringan sampai sedangnya yaitu anak mudah lelah, mengalami gangguan kognitif, dan tidak bertenaga. Kalau anak menunjukkan gejala tersebut kita tidak usah panik tapi tetap waspada dan lebih memperhatikan asupan gizinya.
Gejala beratnya seperti apa? Salah satunya adalah anak tidak nafsu makan dan mengalami pica. Apa itu pica? Pica adalah gangguan makan di mana anak malah ingin mengonsumsi benda yang bukan makanan. Kalau anak suka makan es batu, itu juga salah satu gejala lho, Bund. Kondisi itu dinamakan phagopagia.
Gejala berat ini juga ditandai anak sudah mengalami anemia. Saat mengalami anemia, anak jadi sulit berkonsentrasi. Lebih fatal lagi adalah bila anak sampai sering sakit kepala, sesak nafas, bahkan pingsan.
Dampak Defisiensi Zat Besi
Ternyata bisa sefatal itu ya dampak kekurangan zat besi. Tentu saja hal ini bisa berpengaruh pada prestasi akademik anak. Selain itu imunitas tubuh juga bisa terganggu. Anak juga bisa mengalami gangguan permanen pada sistem motorik dan sensorik . Pertumbuhan fisiknya juga bisa terhambat. Gangguan ini bisa mempengaruhi kondisi anak saat ia beranjak remaja bahkan saat dewasa.
Kebutuhan Zat Besi Anak
Langkah pertama untuk pencegahan anemia pada anak adalah mengetahui kebutuhan zat besi anak per hari. Kebutuhan anak usia 1-3 tahun adalah 7 mg per hari. Sementara kebutuhan anak 3-5 tahun adalah 10 mg per hari.
Cara Memenuhi Kebutuhan Zat Besi
Langkah kedua untuk pencegahan anemia adalah memenuhi kebutuhan zat besi anak. Caranya dengan mengonsumsi makanan yang kaya zat besi. Jenis zat besi dalam bahan pangan ada dua. Pertama zat besi HEME yang berasal dari bahan pangan hewani. Sifatnya lebih mudah diserap tubuh. Sementara zat besi NON HEME yang berasal dari bahan nabati, sifatnya kurang mudah diserap tubuh.
Mengoptimalkan Penyerapan Zat Besi
Ternyata mengonsumsi bahan pangan berzat besi tinggi saja belum cukup. Perlu dibarengi dengan optimalisasi penyerapan zat besi. Zat besi dari bahan hewani lebih mudah diserap tubuh. Sementara zat besi dari bahan nabati perlu dibarengi dengan konsumsi vitamin C supaya penyerapan lebih optimal. Selain itu ada beberapa makanan dan minuman juga yang harus dihindari karena bisa menghambat penyerapan zat besi.
Nah kalau dilihat dari bahan pangan yang mengandung zat besi, sebenarnya bisa ditarik kesimpulan kalau sebagai orang tua kita sebaiknya mengajak anak makan berbagai jenis bahan pangan ya. Jadi nggak berarti setiap hari hanya makan sayur bayam atau hati saja. Kita bisa mengajak anak makan tiram, kacang merah, serta sayuran hijau lain selain bayam. Supaya anak tidak bosan dan sumber zat besinya bervariasi.
Asupan Zat Besi Anak yang Mengalami Alergi
Lalu bagaimana dengan anak yang memiliki alergi? Kan seringkali harus menghindari bahan makanan tertentu? Kalau begini bisa tercukupi nggak asupan zat besinya?
Alergi ini juga masalah kesehatan yang harus diperhatikan. Menurut WAO (World Allergy Organization) 30-40% penduduk dunia mengalami alergi. Hingga 550 juta orang di dunia mengalami alergi makanan. Di Asia, penyebab alergi terbesar adalah telur dan protein susu sapi.
Di Indonesia sendiri 0,5-7,5% anak mengalami alergi susu sapi. Ada data dari klinik anak di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 yang harus jadi perhatian. Sebanyak 31% dari pasien anak alergi terhadap putih telur dan 23,8% alergi terhadap susu sapi.
Angka kejadian anak yang mengalami alergi ternyata meningkat. Memang hanya anak yang memiliki ‘bakat’ alergi yang mengalami. Bakat di sini maksudnya alergi diturunkan salah satu atau kedua orang tuanya.
Seperti ini gambaran persentase kemungkinan anak mengalami alergi:
- Kedua orang tua tidak mengalami alergi; risiko anak menderita alergi adalah 20%.
- Salah satu saudara kandung mengalami alergi; risiko anak menderita alergi 20-30%.
- Salah satu orangtua mengalami alergi; risiko anak menderita alergi 17-29%.
- Kedua orangtua mengalami alergi; risiko anak menderita alergi meningkat hingga 50-80%.
Resiko Nutrisi Anak dengan Alergi
Ada beberapa resiko yang harus dicermati saat anak mengalami alergi. Pertama, anak harus dibatasi jenis makanannya karena menghindari makanan yang menjadi pencetus alergi. Karena itu ada potensi besar nutrisi anak tidak adekuat atau memenuhi syarat. Terlebih jika nutrisi pengganti kurang baik. Efeknya bisa jadi anak mengalami susah makan. Pada akhirnya berujung pada malnutrisi dan pertumbuhan terhambat.
Pada anak yang mengalami ASS (Alergi Susu Sapi), salah satu gejala alerginya anemia defisiensi zat besi. Kok bisa ya? Penyebab utamanya tentu saja karena asupan gizi tidak adekuat. Adanya pembatasan makanan karena menghindari jenis makanan tertentu akan mempengaruhi asupan zat besi harian. Gejala alergi lainnya yang bisa diamati adalah ruam merah pada kulit, bengkak, sakit perut, diare, muntah, batuk, bersin-bersin, dan mata berair.
Selain itu adanya inflamasi atau radang pada saluran pencernaan karena alergi dapat memicu blood loss. Hal ini akan mempengaruhi proses penyerapan gizi termasuk penyerapan zat besi.
Peran Orangtua dalam Penanganan Alergi Susu Sapi yang Tepat
Lalu bagaimana kalau anak mengalami alergi dan menunjukkan gejala anemia zat besi?
Menurut tata laksana IDAI tentang alergi, jika anak mengalami alergi protein susu sapi tentu saja konsumsi produk tersebut dan turunannya harus dihindari. ASI tetap yang terbaik untuk diberikan, namun ibu selama menyusui, ibu harus menghindari produk susu sapi dan turunannya.
Apabila karena alasan medis ibu tidak dapat menyusui, pemberian formula alternatif harus dengan diagnosa dan rekomendasi dari dokter anak. Bagi anak yang tidak bisa minum susu sapi, bisa diberi nutrisi pengganti dari formulasi kedelai.
Bunda yang anaknya alergi protein susu sapi tidak perlu khawatir kok tentang kemanan dan nutrisi isolat protein soya atau kedelai. Karena sejumlah penelitian sudah membuktikan bahwa pola pertumbuhan, kesehatan tulang, fungsi metabolisme, penyerapan zat mineral tubuh, fungsi saraf, dan fungsi hormonal anak-anak yang mengonsumsi isolat protein soya tidak berbeda dengan anak-anak yang mengonsumsi susu sapi.
Bagi anak-anak yang lebih besar misalnya usia batita, selain memberikan bahan yang kaya zat besi namun tidak menyebabkan alergi, nutrisinya bisa dilengkapi dengan susu berbasis isolat protein soya. Tentunya yang mengandung zat besi serta vitamin C yang membantu penyerapannya.
Festival Soya Generasi Maju dan SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx
Orang tua yang anaknya memiliki alergi susu sapi tidak perlu khawatir akan kesulitan mencari susu berbasis isolat protein soya. Karena dalam rangka Pekan Alergi Dunia, PT Sarihusada Generasi Mahardika telah meluncurkan inovasi baru, yaitu SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx. Produk ini mengandung Iron C (zat besi dan vitamin C), isolat protein soya berkualitas, serta minyak ikan dan omega 3 & 6 untuk penyerapan nutrisi secara optimal dan dukung si kecil yang tidak cocok susu sapi untuk bisa tumbuh maksimal.
Tidak hanya itu, Sarihusada juga mengadakan rangkaian program edukasi dan kampanye kesehatan bagi orang tua lewat ‘Festival Soya Generasi Maju’. Sarihusada juga menyempurnakan kampanye kesehatan ‘Gerakan 3K’ menjadi 3K+, yaitu:
- Kenali resiko dan gejala alergi.
- Konsultasikan pada dokter jika terjadi alergi anak.
- Kendalikan alergi dengan nutrisi alternatif.
- Kembangkan potensi prestasi anak dengan stimulasi yang tepat.
Edukasi ini bisa didapatkan lebih lengkap melalui website www.generasimaju.co.id/AlergiAnak Di situs ini ada berbagai menu seperti:
- Tanya Dokter untuk konsultasi gratis mengenai alergi anak bersama pakar alergi imunologi.
- Cooking Class bersama Celebrity Chef untuk mendapatkan berbagai resep sehat yang mengandung zat besi dan aman untuk anak yang alergi susu sapi.
- Webinar bersama para ahli dan Bunda Selebriti yang akan berbagi ilmu dan pengalaman seputar menangani alergi pada anak.
- Tips Stimulasi Tumbuh Maksimal untuk mengembangkan potensi prestasi si kecil.
Untuk melihat keseruan Festival Soya Generasi Maju yang berlangsung pada 23 Maret - 3 April 2021 ini, Bunda bisa mengakses link http://bit.ly/FestivalSoyaGenerasiMaju . Saya juga mengikuti salah satu acaranya lho, yaitu webinar dengan topik Pentingnya Kombinasi Unik Zat Besi dan Vitamin C untuk Si Kecil yang Tidak Cocok Susu Sapi Tumbuh Maksimal pada tanggal 31 Maret 2021 lalu.
Hadir sebagai narasumber Prof. DR. Dr. Saptawati Bardosono, MSc., Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(K), M.Kes,. Di webinar ini juga ada Bunda Selebriti yaitu Revalina S. Temat, Natasha Rizky, serta Joanna Alexandra yang berbagi ilmu dan pengalaman seputar cara menangani anak yang mengalami alergi. Pada webinar ini hadir juga Mbak Anggi Morika Septie, Senior Brand Manager SGM Ekplor Soya Pro-gress Maxx serta Mama Novita Angie sebagai moderator acara.
Pengalaman dari sesama ibu memang bermanfaat ya. Dari Mama Joanna nih saya jadi tahu juga bahwa anaknya yang pertama alergi susu sapi. Namun seiring bertambahnya usia anak, alerginya biasanya akan berkurang. Tapi tentu saja dengan penanganan khusus yaitu gerakan 3K+ tadi.
Sementara Bunda Natasha Rizky bercerita tentang anak keduanya yang mengalami alergi. Jadi harus diperhatikan sekali asupan nutrisinya. Jangan sampai makan makanan pencetus alergi, tapi jangan sampai juga kekurangan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan. Selain itu tetap berikan stimulasi pada anak. Karena alergi bukan halangan anak untuk bereksplorasi.
Bunda Revalina S Temat juga mengingatkan orang tua untuk tidak mudah panik kalau anak alergi. Terapkan 3K+ dan berikan alternatif nutrisi yang tepat supaya anak terhindar dari resiko kekurangan zat besi.
Semua orang tua pasti ingin anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik dari segi fisik, kognitif, psikologis, serta sosial. Namun ada kalangan orang tua mengalami tantangan misalnya dari segi kesehatan anak mengalami alergi. Tapi ternyata kita tidak perlu buru-buru panik.
Mencari informasi tentang penyebab, gejala, serta cara penanganan yang tepat adalah langkah awal yang bisa dilakukan. Selain itu memperhatikan asupan nutrisi anak supaya tercukupi dan tetap memberinya stimulasi yang tepat akan membantu anak menjadi Generasi Maju dan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Sumber:
Webinar Pentingnya Kombinasi Unik Zat Besi dan Vitamin C untuk Si Kecil yang Tidak Cocok Susu Sapi Tumbuh Maksimal.
https://www.kemkes.go.id/article/view/21012600002/remaja-sehat-komponen-utama-pembangunan-sdm-indonesia.html
https://www.generasimaju.co.id/alergianak/
penting banget ya tahu informasi seperti ini, khususnya untuk ibu baru yang memang ingin anaknya tidak terkena anemia
ReplyDeleteIya betul Mba
Deleteiya yah, lagi gencar kampanye untuk aware kepada anemia. Akibatnya bisa buruk ya. Jadi sejak kecil diusahakan supaya anak tak anemia dengan asupan gizi yang baik.
ReplyDeleteBetul, dampak anemia pada orang dewasa juga nggak baik. Jadi dari kecil usahakan anak tidak sampai anemia
DeleteBanyak risiko penyakit yang akan dialami anak jika kekurangan zat besi ya, salah satunya anemia. Kita orang dewasa aja mengalami anemia saat datang bulan berasa duni berputar ga jelas, apalagi anak2.. Belum lagi tumbuh kembangnya jadi terhambat.
ReplyDeleteSemoga Festival Soya Generasi Maju meedukasi semua orangtua.
Betul Mba. Saat lahiran saya juga harus transfusi darah karena HB di bawah normal.
Deleteanemia memang perlu diperhatikan banget ya mba segala dampaknya.. dan pastinya kita perlu tau banyak tentang cara penanganannya dengan baik
ReplyDeleteBetul mba. Jadi webinar2 seperti ini penting untuk edukasi langsung dari ahlinya.
Deletebahaya juga ya kalau kurang zat besi pada anak. untungnya sekarang ada susu SGM Soya, jadi solusi banget buat anak-anak yang alergi susu sapi..
ReplyDeleteIya mba
DeleteAlhamdulillah ya.. sekarang ada susu pengganti untuk yang alergi jadi kebutuhan akan susu untuk pertumbuhannya tetap bisa terpenuhi.
ReplyDeleteWaktu hamil aku kena ADB, ternyata itu ngefek ke anakku. Dia ga ada gejala tapi begitu tes darah lha kok Hb-nya rendah. Sekarang masih terapi, mbak. Udah 3 bulan jalan. Doakan lekas normal ya.
ReplyDeleteAamiin, semoga cepat normal ya Mbak. Terapinya apa aja Mba?
DeletePR banget nih buat aku yang masih punya anak kecil
ReplyDeleteAsupan Zat Besi bikin saya harus benar benar care
di rumah malah aku ni, ibunya yang Hbnya selalu rendah huhuhu.... pengalaman sendiri, jadi sekarang juga lebih aware dengan makanan anak-anak, kami juga ada riwayat alergi juga soalnya ni.... thanks rekomendasinya ya mbaaa
ReplyDeleteSayapun HBnya pernah dibawah normal Mba. Tekanan darah juga rendah
DeleteIya selama ini zat besi ku kirain ya cuma dari protein hewani asalnya tapi ternyata dari protein nabati bisa cuma emang gk mudah penyerapannya jd kudu dibantu vit C.
ReplyDeleteMenarik webinarnya bisa bikin tenang2 ibu2 yang anaknya alergi susu sapi
nah ini yah zat besi ga bisa dianggap sepela ya mba karena mempengaruhi pertumbuhan juga perkembangan kognitif anak makanya penting dijaga
ReplyDeleteDengan SGM Soya, anak-anak yang alergi susu sapi gak perlu khawatir lagi. Karena kebutuhan zat besi mereka tetap bisa terpenuhi.
ReplyDeleteAlhamdulillah hepi banget aku Mba Heni jadi belajar banyak. Soalnya belum punya momongan. Jadi hepi bisa mengerti soal tumbuh kembang anak. Makasih sharingnya mba
ReplyDeleteUntuk orang tua yang memiliki anak ASS harus tahu betul ya gerakan K3+ karena demi tumbuh kembang buah hati nantinya.
ReplyDeletePernah baca kalau alergi itu penyakit turunan, bisa jadi anak yang alergi susu sapi merupakan bawaan dari orang tuanya. Cuman herannya, kok bisa ya susu sapi bikin alergi? Ngeri banget soalnya efeknya sampai ganggu pertumbuhan bayi lho..
ReplyDeleteAda beberapa orang yang tubuhnya waktu kecil belum bisa menerima protein susu sapi Mba. Biasanya si seiring waktu akan membaik dan berangsur hilang alerginya. Tapi selama itu harus diperhatikan asupan gizinya, karena kan makanan yang dikonsumsi terbatas.
DeleteAnakku termasuk yg pas bayi alergi susu sapi. Ditambah aku ga bisa kasih ASI wkt itu. Jd rekomendasi dokter awalnya soya. Tp ternyata ttp ga bisa. Akhirnya pake susu khusus, yg hanya dijual terbatas di apotik tertentu aja. Lumayan mahal, dan si adek setahun lebih minum susu itu. Tp masuk usia ke dua, baru deh pelan2 dokter nyaranin lagi utk ke soya, diliat dulu apa alerginya msh ada ato ga. Ternyata Alhamdulillah sudah ga ada. Badannya mulai bisa trima soya. Aku pake soya yg SGM ini juga. Setelah soya, pelan2 aku ganti lagi ke susu sapi biasa. Yg SGM juga. Dan ga ada efek samping. Makanya sampe skr susunya msh SGM :). Anaknya juga doyan banget
ReplyDeleteAlhamdulillah, semoga anandanya selalu sehat ya Mbaa
Delete