Masih lanjut ya diskusi seputar fitrah seksualitas anaknya. Kali ini ada materi dari teman-teman saya di Kuliah Bunda Sayang Kelompok 7. Fitrah seksualitas adalah pola berfikir yang diaplikasikan berupa tindakan, sikap dan perilaku seseorang yang dilihat sesuai dengan norma dalam budaya masyarakat yang mencirikan status gendernya apakah dia perempuan atau laki-laki (Harry Santoso, 2017). Dalam pengertian tersebut maka jelaslah bahwa secara fitrah manusia itu dilahirkan hanya dua pilihan: yaitu laki-laki atau perempuan. Maka jika ada selain itu, maka bisa disebut sebagai penyimpangan fitrah seksualitas.
Untuk Apa Ada Pendidikan Fitrah Seksualitas pada Anak ?
A. Supaya anak mengetahui status /identitas gendernya.
Karena identitas gender bukanlah sesuatu yang otomatis melekat pada diri anak, karena di setiap titik proses tumbuh kembang sesungguhnya anak aktif membentuk diri mereka tentang makna menjadi perempuan atau menjadi laki-laki. Jadi kesadaran identitas gender pada anak dipengaruhi oleh faktor fisik (gen), sosial, dan psikologis. Faktor gen memicu hormon dan berkembang menjadi karakteristik seksual yang bersifat internal (bentuk tubuh, jenis vocal, dll) dan eksternal yang akan mempengaruhi perilaku.
B. Pembentukan konsep diri awal.
Ketika identifikasi gender berhasil anak selesaikan, maka anak akan mampu mengembangkan skema gender berupa pengaturan tubuh sampai ke pengetahuan bagaimana SEHARUSNYA menjadi laki-laki atau perempuan yang akan teraplikasi dikehidupan sehari-hari hingga mereka dewasa.
Apa Saja Gejala Penyimpangan Fitrah Seksualitas?
Umumnya individu yang mengalami penyimpangan fitrah seksualitas akan terlihat haus kasih sayang akan sosok panutan yang hilang perannya. Jika perempuan dan kehilangan sosok ayah, maka dia haus kasih sayang dan cinta seorang ayah, tindakannya akan selalu mencari lelaki yang bisa memuaskan kebutuhannya tersebut. Hasil akhir kerusakannya adalah tindakan seks bebas (nauzubillah). Ketika sudah berkeluarga, maka dia tidak mampu mencintai suaminya sendiri apalagi menjalankan perannya sebagai Ibu.
Lalu bagaimana dengan sosok laki-laki yang kehilangan fitrah seksualitasnya dan kehilangan peran ibu? Maka laki-laki tersebut mempunyai potensi untuk mudah melecehkan perempuan, seks bebas dan play boy. Tingkat kerusakannya adalah anak menyimpang menjadi gay (nauzubillah).
Lalu Bagaimana Cara Mendidik Fitrah Seksualitas?
Pendidikan fitrah seksualitas BERBEDA dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai semenjak dari bayi lahir. Pendidikan fitrah seksualitas memerlukan pendekatan yang berbeda pada setiap tahapan usia anak. Berikut tahapannya:
1. Usia 0 s.d 2 tahun
Anak laki-laki dan anak perempuan di dekatkan dengan ibunya, tahapan ini bisa terpenuhi alami pada proses menyusui.
2. Usia 3 s.d 6 tahun
Anak laki-laki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah dan ibunya sebagai proses penyeimbangan emosi dan rasional
3. Usia 7 s.d 10 tahun
Anak laki-laki harus dekat dengan ayahnya untuk menggeser egosentris menjadi sosiosentris dan masuk perintah sholat. Anak perempuan didekatkan dengan ibunya agar peran keperempuan dan peran keibuannya bangkit.
4. Usia 10 s.d 14 tahun
Pada usia ini kategori puncak fitrah seksualitas dimulai, serius menuju peran kedewasaan dan pernikahan. Karena diusia ini peran biologis secara ilmiah Allah SWT munculkan. Anak laki-laki didekatkan ke ibu dan anak perempuan didekatkan ke ayah sebagai proses awal pengenalan sosok lawan jenis.
GOAL dari fitrah seksualitas adalah: anak siap secara bertanggung jawab unttuk berperan penuh sebagai ayah atau ibu dalam rumah tangga melalui pernikahan, terencana dalam membangunnya, memahami adab dalam menjalankan perannya serta mampu menjadi tauladan yang baik untuk generasi berikutnya.
Semoga kita dapat menerapkan pendidikan fitrah seksualitas pada anak, supaya anak laki-laki tumbuh sebagai lelaki dan ayah SEJATI, dan anak perempuan tumbuh menjadi perempuan dan ibu SEJATI.
Tanya Jawab
Q: Usia 10-14 didekatkan 'silang' anak perempuan ke ayah dan anak laki-laki ke ibu, bagaimana prakteknya ya kan ayahnya bekerja.
A: Dekat di sini maksudnya dekat secara psikologis, betuk perilaku bisa macam-macam dan disesuaikan. Misalnya sebelum berangkat kerja, ngobrol dengan ayah di meja makan. Menanyakan rencana kegiatan hari ini, berpamitan dengan belaian di kepala anak. Lebih baik jika ayah mengantar anak ke sekolah. Menjelang tidur ngobrol dengan ayah dan mengucapkan selamat malam.
Karena di usia 10-14 tahn anak-anak mengalami pertumbuhan fisik menuju remaa, mereka butuh sosok panutan agar anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya dan tidak mengidolakan laki-laki lain karena anak seusia mereka secara fitrah mulai menyukai lawan jenis. Sebaliknya, ibu harus jadi idola anak laki-lakinya.
Q: Bagaimana jika ayah canggung melakukan hal seperti itu?
A: Di awal memang canggung karena belum terbiasa dan belum tau kalau manfaatnya besar. Berproses saja dan saling mengapresiasi sekecil apapun progress yang terjadi. Puji dan support sang ayah walau baru berhasil memegang/membelai kepala putrinya.
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar yang sopan, tapi jangan beri link hidup di postingan ya. Terima kasih sudah berkunjung :)
Hubungi lewat: itshenipuspita@gmail.com
Jangan lupa follow IG @henipuspita29
Twitter @henipuspita29