Heni Puspita

Blogger Mom | Photography Enthusiast | Home Education Facilitator

Pentingnya Pendidikan Seksualitas (Bunda Sayang Level 11 Day 3)


Masih dalam rangka menulis laporan tentang diskusi seputar topik level 11 di kelas Bunda Sayang, alhamdulillah nih sampai juga ke diskusi hari ketiga. Materi diskusi hari pertama dan kedua sudah saya bagikan di blog ini. Silakan cek dua postingan sebelumnya ya. Sekarang lanjut ke tema diskusi hari ketiga yaitu Pentingnya Pendidikan Seksualitas.


Apa Itu Seks, Seksualitas, dan Pendidikan Seksualitas?


Seks: jenis kelamin, hal yang berhubunngan dengan alat kelamin, seperti senggama (KBBI).

Seksualitas: ciri, sifat, atau peranan seks; dorongan seks; (KBBI)

Pendidikan seksualitas: pendidikan yang mencakup tentang bagaimana seorang anak diajarkan cara berpikir, merespon kasih sayang, mengekspresikan diri, yang akan membentuk harga dirinya kelak (Elly Risman, 2012)


Latar Belakang Pendidikan Seksualitas


Anak-anak sekarang tumbuh lebih cepat dibanding generasi orangtanya. 48% anak laki-laki usia 10-11 telah mengalami mimpi basah dan 52% anak perempuan usia 9 tahun telah mengalami menstruasi karena banyak faktor.

Temuan lapangan YKBH Januari-MAret 2012 terhadap anak-anak kelas 4-6 SD pernah mengakses media porno pada internet, 16% pada film (bioskop), 15% VCD/DVD, 13% pada games, sisanya pada komik, iklan, sinetron, dsb.

Banyak di antara anak-anak itu mengakses pornografi di rumah sendiri atau di rumah kerabat.

Mengapa Harus Diberi Pendidikan Seksual


Mereka akil baligh lebih cepat sementara pertumbuhan sel-sel otak mreka belum bersambungan dengan sempurna sehingga belum mengerti tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh mereka dan konsekuensi perubahan yang terjadi.

Di sinilah peran pendidikan seksualitas itu yaitu untuk persiapan prabaligh hingga pranikah nanti.

Anak-anak yang telah memasuki masa baligh dan mengenal pornografi tetapi tidak mendapatkan bekal pendidikan seksualitas akan menghadapi bahaya amat besar.

Memasuki masa remajanya mereka akan "sexually active" karena mutasi hormon testoteron yang aktif 20 kali lebih besar dari biasanya. Hasrat seksual tinggi namun bekal tidak ada. 

Dikhawatirkan anak akan jadi tidak punya kendali untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Mereka tidak tahu bagaimana mengontrol diri dan nafsunya.

Lebih bahaya lagi mereka bisa meniru apa yang dilihat dan tidak takt akan konsekuensi secara agama, kesehatan, dan sosial.

Bahkan penyimpangan perilaku seks sangat mungkin terjadi akibat anak meniru apa yang mereka lihat.

Anak Sudah Akil Namun Belum Baligh, Bagaimana Cara Mencegah dan Menanganinya?


1. Edukasi sejak dini, dikenalkan ke anak tentang anggota tubuhnya. Kenali jenis kelamin sendiri dan diberitahu kalau perempuan dan laki-laki berbeda.

2. Kira-kira anak masuk kelas 3 atau 4 SD, disampaikan kalau laki-laki akan mengalami mimpi basah dan persiapkan anak perempuan menyambut haid dan mengalami perubahan anggota tubuhnya (misalnya payudara akan membesar, dsb).

3. Ajarkan anak mandi junub.

4. Minta ayah mengajarkan anak laki-laki mengenalkan apa itu mimpi basah dan ibu mempersiapkan tentang haid.

5. Ajak sekolah/guru ikut mengedukasi anak-anak jadi pendidikan di rumah dan di sekolah seimbang.


Di Mana dan Siapa yang Berperan dalam Pendidikan Seksualitas?


Orangtua adalah pihak utama dalam pemberian pendidikan seksualitas tersebut. Melalui ajaran agama yang dianut, pemenuhan kebutuhan kasih sayang dalam keluarga, komunikasi yang baik berperan dalam hal ini.

Sekolah, pendidikan agama, biologi dan olahraga. Dalam pelajaran agama anak bisa diajarkan tentang bersuci dan perilaku menjaga kebersihan diri. Pada biologi mereka diajarkan mengenali anatomi bagian tubuh mereka dan fungsinya.

Masyarakat. Pengawasan anak sejak dini dan jika memungkinkan kita juga boleh ikut serta menjaga, mengawasi, dan mengedukasi masyarakat sekitar.


Kapan Dilakukan?


Secara umum, anak akan mengalami fase-fase seksualitas berikut:

#1 Fase oral 0-2 tahun, nikmat saat menghisap puting susu ibu.
#2 Fase anal 2-4 tahun, nikmat saat mengeluarhkan feses dari anus.
#3 Fase phallic 4-7 tahun, anak mulai memegang alat kelamin.
#4 Fase genital 8-12 tahun, anak mulai tertarik pada lawan jenis.

Bagaimana Tahapan Pendidikan Seksual (Solusi)


Dilakukan bertahap sesuai usianya

1. Usia 1-5 tahun, kenalkan anggota tubuh anak secara detil.

2. Usia 5-10 tahun, jawab pertanyaan anak dengan benar.

3. Usia 10-12 tahun, kenalkan tentang haid, mimpi basah, dan perubahan fisik.


Pendidikan Seks Sesuai Usia Anak


Usia TK-SD


1. Jalin komunikasi sehingga timbul keterbukaan.
2. Persepsi seks diarahkan ke jenis kelamin.
3. Pengenalan organ tubuh.
4. Memakai bahasa yang baik dan ilmiah seperti penis dan vagina.
5. Menjelaskan secara ilmiah proses kehamilan dan persalinan secara sederhana.
6. Mempersiapkan masa pubertas.

Usia SMP


1. Menjelaskan organ seks cukup detil.
2. Menjelasan kondisi patologis tentang sistem organ seks.
3. Memberikan pemahaman tanggungjawab moral dalam pergaulan.
4. Menjelaskan mengenai "safe sex" bukan hanya menghindari kehamilan namun juga penyakit seksual.

Usia SMA


1. Menjelaskan materi sebelumnya ditambah bahaya penyakit menular seksual terutama HIV Aids.
2. Hubungan pria wanita, tunangan/pacaran, pilihan menikah/membujang.
3. Penguatan iman, akhlak, adab bicara.

Deteksi Dini Orientasi Seksual Anak


HINDARI PEMICUNYA!

1. Sejak dini, kenalkan jati diri dan identitas sesuai jenis kelamin.
2. Batasi penggunaan gadget atau internet.
3. Dampingi anak saat menonton TV. Beri edukasi saat anak melihat sosok waria atau gay yang akan berdampak negatif pada anak.
4. Awasi lingkungan pertemanan anak.
5. Ikutlah tuntunan Rasulullah SAW dalam pemberian pendidikan seksual pada anak seperti memisahkan tempat tidur sejak usia 7 tahun, mengenalkan batasan aurat sejak dini, dan tidak menyerupai lawan jenis dalam berpenampilan.

Tanya Jawab


#1 Q: Bagaimana Menghadapi Anak Fase Phalic?


A: Anak tidak memiliki fantasi orientasi dan fantasi seksual dalam pikiran, beda dengan orang dewasa. Namun ini waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan seks dengan penjelasan. Tapi kita juga tidak boleh membiarkan si kecil asyik memainkan alat kelaminnya. Jangan panik, namun alihkan perhatiannya.

#2 Q: Ketika mendidik fitrah seksualitas anak, kita juga harus peka/peduli dengan anak tetangga dan teman anak kita ya?


A: Betul, sesekali ikut bermain dengan anak-anak tetangga, ajak berkumpul dan berkenalan.

Baca juga diskusi lainnya seputar fitrah seksualitas di postingan ini:














Comments

back to top