Heni Puspita

Blogger Mom | Photography Enthusiast | Home Education Facilitator

Kampung Jahit Oleh Elsa Maharani, Jalan Menebar Manfaat Bagi Masyarakat


“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqtuni) demikianlah moto Maharrani Hijab yang didirikan oleh Elsa Maharani, perempuan asal Simpang Koto Tingga, Sumatera Barat.

Sejak kecil Elsa sudah dididik untuk mandiri dan belajar berjualan sejak SD. Himpitan ekonomi mendorongnya untuk membantu menjajakan kue buatan ibunya. Sejak itu ia terus berjualan mulai dari hasil kebun orang tuanya, hingga menjual sandal dan hijab. Bahkan ia bisa mengenyam pendidikan SMA dan kuliah di Universitas Andalas dengan biaya sendiri. 


Pemiliki Maharrani Hijab. (radioidola.com)


Saat kuliah Elsa mulai berjualan secara daring dengan memasarkan produk-produk dari negara Cina. Bersama suaminya ia juga sempat membuka usaha jual beli ponsel. Usaha ini harus terhenti karena ponsel-ponsel yang mereka jual digasak pencuri. 

Awal Mula Merintis Bisnis Busana Muslim 

Elsa kemudian beralih menjadi reseller produk asli Indonesia dan berhasil menjadi agen banyak merk busana muslim ternama. Pengalaman menjadi agen serta dukungan suami membuat Elsa berpikir untuk membuat dan memproduksi busana muslim sendiri. 


Awalnya reseller brand lain, kini miliki brand sendiri. (Gatra/Wahyu Saputra)


Salah satu dorongan terbesarnya untuk memproduksi busana muslim adalah kondisi masyarakat di kampung tempat tinggalnya. Di Simpang Koto Tingga banyak masyarakat dengan ekonomi lemah. Rata-rata penduduknya mencari nafkah sebagai petani, kuli bangunan, asisten rumah tangga, dan pemecah batu kali. Karena itu Elsa dan suaminya ingin mencari cara untuk membantu meningkatkan kesejahteraan penduduk di kampungnya.

Konsep ‘Kampung Jahit’ 

Akhirnya terbentuklah konsep ‘kampung jahit’ untuk mengajak penduduk kampung Simpang Koto Tingga untuk bisa memproduksi barang sendiri. Maharrani Hijab memberdayakan masyarakat di kampungnya untuk menjadi tim jahitnya. 

Usaha yang digeluti Elsa dan suaminya ini bukan tanpa hambatan. Saat merintis ia kesulitan mencari penjahit yang ingin bekerja sama karena keterbatasan modal. Upah yang Elsa tawarkan kerap ditolak penjahit sehingga ia sempat berpikir untuk melakukan produksi di Pulau Jawa. Namun ia tetap teguh pada niat untuk membangun kampungnya. 


Masyarakat sekitar mengambil kain untuk dijahit. (Gatra/Wahyu Saputra)


Proses pengerjaan jahitan dilakukan di rumah masing-masing dengan sistem satu orang mengerjakan satu baju dari membuat pola hingga selesai. Jahitan tersebut kemudian diserahkan dan melalui proses pengecekan kualitas sehingga baju yang dijual sesuai standar dan tidak mengecewakan pembeli. 

Memberdayakan Ibu Rumah Tangga 

Berawal satu orang kini sudah ada 50 orang yang menjadi tim penjahit Maharrani Hijab dengan kapasitas produksi rata-rata 3.000 hingga 5.000 lembar baju per bulannya. Sebagian besar tim jahitnya adalah ibu rumah tangga. Busana muslim yang diproduksi tim jahit Maharrani Hijab antara lain gamis, hijab, baju koko, masker, mukena, serta seragam dinas. 


Memberdayakan ibu-ibu di tempat tinggalnya. (maharrani.id)

Di antara tim tersebut terdapat penjahit difabel yang sejak bayi hidup dengan satu kaki. Adanya penjahit difabel ternyata juga menjadi inspirasi bagi Elsa dan penjahit lainnya. Bahkan penjahit tersebut termasuk yang paling terampil menjahit dan bisa membuat 30 potong baju dalam waktu seminggu. 


Memberdayakan penjahit difabel. (Antara/Ikwan Wahyudi)


Efek Positif Bagi Perekonomian Masyarakat Sekitar 

Kampung Jahit ini sendiri membawa efek positif bagi perekonomian tim penjahitnya terutama di masa pandemi. Banyak sebelumnya bekerja di rumah jahit lain dan terkena PHK. Ada juga yang sebelumnya bekerja di kota lain dan terpaksa harus pulang kampung karena dirumahkan akibat pandemi. Mereka yang awalnya menganggur berangsur-angsur pulih perekonomiannya setelah menjadi tim jahit Maharrani Hijab. 

Selain merangkul masyarakat sekitar, Elsa juga bekerjasama dengan lembaga pemasyarakatan setempat serta mahasiswa Tata Busana. Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Muaro diberdayakan untuk memproduksi tas bungkus Maharrani Hijab. Sementara para mahasiswa memanfaatkan kain perca dari Maharrani Hijab untuk membuat masker. Masker itu kemudian dibeli Elsa dan dibagikan ke masyarakat.


Salah satu produk Maharrani. (maharrani.id)


Kegigihan Elsa dalam membangun bisnisnya dan memberdayakan masyarakat tempat tinggalnya membawanya meraup omzet hingga Rp 400 juta per bulan. Kini Maharrani Hijab telah memiliki 150 agen dan reseller di seluruh Indonesia. Produk-produknya juga telah merambah negara lain seperti Taiwan, Malaysia, dan Singapura. 

SATU Indonesia Awards 

Meski telah sukses membangun bisnis busana muslim, Elsa tetap tidak melupakan niatnya untuk memberdayakan masyarakat di tempat tinggalnya. Berkat semangatnya berbisnis dengan konsep sociopreneur, tahun 2020 Elsa diganjar dengan penghargaan SATU Indonesia Awards 2020 dari PT Astra International Tbk, sebagai 11 tokoh muda Indonesia bidang kewirausahaan. 


Salah satu penerima SATU Indonesia Awards 2020.


Hadiah yang didapat digunakan Elsa untuk membangun workshop atau rumah produksi pertama Maharrani Hijab. Tahun ini ia sedang membangun workshop yang keempat dan diharapkan bisa mendukung impiannya membuka 1.000 lapangan pekerjaan. Karena bagi Elsa membuka usaha tidak hanya untuk keuntungan pribadi namun menjadi jalan untuk menebar manfaat bagi masyarakat. 

Sumber:

Kisah Elsa Perjuangkan "Kampung Jahit" di Padang, Modal Nekat Berbuah Omzet Ratusan Juta Rupiah Halaman all - Kompas.com

Padangkita.Com - Kisah Elsa Membangun “Maharrani Hijab”: Ditempa Keras Hidup Sejak Kecil, Kini Bermimpi “Kampung Penjahit”

Astramagz - Edisi Oktober 2020

Semangat Elsa, Penjahit Asa Perempuan di Pinggiran Kota | Ekonomi (gatra.com)

E-Book-SIA-2023-final.pdf (satu-indonesia.com)

Mengenal Elsa Maharrani, Pemberdaya Ibu-ibu Rumah Tangga di Padang | Radio Idola Semarang 

Penjahit Asa Perempuan Dari Kota Padang – SATU Indonesia Awards (satu-indonesia.com) 

Membangun kemandirian ekonomi para ibu lewat kampung jahit - ANTARA Sumbar (antaranews.com)




Comments

Post a Comment

Silakan berkomentar yang sopan, tapi jangan beri link hidup di postingan ya. Terima kasih sudah berkunjung :)


Hubungi lewat: itshenipuspita@gmail.com
Jangan lupa follow IG @henipuspita29
Twitter @henipuspita29

back to top