Heni Puspita

Blogger Mom | Photography Enthusiast | Home Education Facilitator

Refleksi HE Bagian 1 - Highlight 2020

Refleksi HE 2020 - Highlight

Sejak beberapa bulan lalu saya dan suami mengikuti kelas pendampingan orang tua yang ingin belajar tentang homeschooling. Salah satu hal yang disarankan untuk dilakukan orang tua adalah melakukan refleksi. Karena kita bisa mendapat pelajaran dari kegiatan apapun yang kita lakukan atau hal apapun yang kita alami saat kita melakukan refleksi. 

Refleksi memang nggak hanya bisa dilakukan setiap akhir tahun, tapi kapan saja. Ada baiknya memang kalau kita punya waktu khusus untuk melakukan hal ini, misalnya di akhir bulan. Di kelas yang kami ikuti sebenarnya ada file khusus untuk membuat jurnal refleksi. Sayangnya nih file Power Point yang sudah saya buat rusak sehingga apa yang sudah ditulis tidak tersimpan. 

Tapi nggak ada batasan kok tentang format jurnal refleksi ini. Apa yang didapat dari kelas hanyalah sebagai panduan tentang apa-apa yang bisa dituliskan. Mau dibuat dalam bentuk gambar, video, podcast, atau di blog seperti ini juga nggak masalah. Jadilah jurnal saya buat dalam bentuk postingan di blog.

Pertengahan tahun lalu tepatnya awal TA 2020/2021 kami memindahkan kakak ke jalur homeschooling. Selain karena faktor pandemi, ada juga faktor-faktor internal. 

Misalnya, pekerjaan orang tua yang berpindah-pindah sementara di Bandar Lampung juga ada kakek neneknya yang sudah berusia cukup lanjut. Jadi harapannya adalah, dengan menjalani homeschooling anak-anak bisa tetap dekat dengan ayah sekaligus kakek-neneknya. 



Menjalaninya memang tidak mudah. Terlebih masa pandemi juga membuat ruang gerak jadi terbatas. Kalau ada yang mengira anak HS itu hanya dipingit dan belajar di rumah saja, itu salah besar ya he he. Anak HS juga banyak berkegiatan di luar rumah kok, dan tetap bersosialisasi dengan teman sebaya. Tentu saja sekarang ini sedang beda kondisinya.

Salah satu tantangannya adalah anak bosan diam di rumah. Orang tua juga jenuh dan rentan mudah hilang sabar. Selain itu, proses deschooling juga menjadi tantangan bagi orang tua,. Awalnya kami terikat sistem sekolah dan sekarang mengelola sendiri proses pendidikan anak-anak. 

Dengan memilih jalur ini bukan berarti kami menganggap inilah opsi pendidikan terbaik untuk semua anak. Nggak kok. Demikian pula kalau ada yang mempertanyakan, kok anaknya pindah ke jalur HS. 

IMHO, tidak ada satu opsi pendidikan terbaik yang bisa dipukul rata untuk semuanya. Melainkan opsi pendidikan yang paling cocok yang sesuai dengan kondisi dan visi misi masing-masing keluarga.

Sering juga kok kami khususnya saya bingung dengan derasnya arus informasi seputar pendidikan. Akhirnya malah sempat mandeg dan bingung harus ngapain he he. Sempat juga mengalami burnout. 

Tapi bukan karena HSnya sih. Lebih ke karena situasi pandemi yang membuat jenuh. Rasanya nggak melakukan apapun tapi kok capek lahir batin he he.

Kalau sudah merasa burnout salah satu yang kami lakukan biasanya ngobrol dan melakukan berbagai penyesuaian. Selain itu perlu juga ternyata menuliskan keberhasilan-keberhasilan kecil setiap harinya. Tidak hanya sebagai apresiasi terhadap anak namun juga apresiasi terhadap diri sendiri. 

Saat merasa capek dan lelah ini juga visi dan misi keluarga berperan untuk mengingatkan tentang tujuan apa sih yang ingin dicapai keluarga. Sebagai pengingat diri juga bahwa dalam mendidik anak kita tidak harus berlomba dengan siapapun. 

Comments

back to top