Heni Puspita

Blogger Mom | Photography Enthusiast | Home Education Facilitator

Mendampingi Anak Belajar di Masa Pandemi


Kira-kira dua minggu lalu saya mengikuti sebuah kulwapp yang bagus sekali yaitu tentang mendampingi anak belajar di rumah dalam kondisi istimewa. Kondisi seperti apa? Sudah pasti wabah covid 19 ini ya.

Mengingat situasi sekarang ini tentu wajar kalau orang tua berat melepas anak belajar di sekolah. Karena untuk kembali belajar di sekolah, banyak sekali protokol kesehatan yang harus dijalankan. Pada akhirnya, belajar di rumah jadi pilihan yang diambil oleh banyak orang tua, salah satunya adalah saya (dan suami tentunya).

Nah kulwapp yang saya ikuti ini diadakan oleh FLP (Forum Lingkar Pena) Malang. Judul kulwapp yang yaitu “Jadi Guru di Rumah untuk Buah Hati Selama Pandemi.” Dengan pemateri Bunda Abyz Wigati, Konselor Anak dan Keluarga serta founder FLP Malang.


Sebenarnya tema awal kulwapp ini adalah tentang homeschooling, namun kemudian diubah. Karena homeschooling dan belajar di rumah saat pandemi adalah dua hal yang berbeda. Homeschooling adalah pilihan proses belajar berbasis keluarga. Sementara belajar di rumah karena pandemi pada intinya adalah pengganti proses belajar di sekolah.

Kondisi saat ini menjadi tantangan besar bagi orangtua, terutama yang belum terbiasa mendampingi anak belajar di rumah. Sebelumnya rutinitas yang terjadi adalah, anak belajar di sekolah dan orang tua bekerja di kantor. Gurupun bisa jadi belum siap dengan pembelajaran jarak jauh seperti ini. Namun Bunda Abyz menyarankan orang tua menerima situasi dan kondisi saat ini sebagai tantangan, bukannya beban.

Bagi anak-anak, belajar di rumah ini juga jadi tantangan buat mereka. Karena anak-anak punya kebutuhan berinteraksi dengan teman-temannya dan mengeksplorasi dunia luar. Namun wabah membatasi mereka melakukan kedua hal tersebut. Biasanya anak-anak langsung belajar dengan guru, sekarang harus belajar dengan media daring.

Sementara di sisi lain, orang tua juga harus tetap bekerja baik pekerjaan domestik maupun pekerjaan kantor. Ada orang tua yang tidak paham materi pelajaran, ada yang gaptek, ada yang kondisinya terbatas seperti koneksi internet yang kurang baik. Selain itu ada juga orang tua juga menghadapi perubahan rutinitas dan bisa jadi ada tantangan ekonomi juga karena pandemi ini.

Lalu apa saran dari Bunda Abyz? Pertama orang tua harus menerima keadaan atau berdamai dengan keadaan. Maksudnya bukan menganggap remeh wabahnya ya. Namun menerima keadaan bahwa situasi ini jadi mengharuskan anak untuk belajar di rumah dengan didampingi orang tua. Jangan dianggap sebagai beban namun anggap ini sebagai kesempatan. Kesempatan apa?

Kesempatan lebih banyak menghabiskan waktu dan menjalankan peran sebagai orang tua untuk mendampingi anak belajar.

Setelah bisa menerima keadaan, bangun peran bersama dengan keluarga. Caranya bagaimana? Orang tua bisa bersikap terbuka pada anak tentang situasi yang sedang dihadapi, namun disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak. Upayakan saling terlinat dalam aktivitas belajar dan bekerja. Jangan lupa untuk saling menguatkan antar anggota keluarga.

Orang tua juga sebaiknya mendampingi dan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Beri simpati dan apresiasi, serta berdemokrasi supaya proses belajar tetap menyenangkan.

Selain itu orang tua juga bisa berjejaring dengan sesama wali murid supaya bisa saling menguatkan dan saling mendukung dan berbagi informasi. Orang tua juga bisa berkomunikasi dengan sekolah terkait waktu, konten, dan tugas pembelajaran. Komunikasikan tantangan yang dihadapi orang tua pada pihak sekolah. Tidak perlu malu meminta penjelasan lebih lanjut apabila ada materi yang belum dipahami orang tua. Selain itu orang tua juga bisa meminta kelonggaran dari pihak sekolah terkait waktu pengumpulan tugas.

Hal ini karena belajar di rumah itu bukan serta merta memindahkan jadwal dan metode belajar di sekolah ke rumah. Orang tua dan anak bisa mengubah metode pembelajaran yang berkesesuaian dengan kondisi keluarga. Karena yang terpenting adalah menjalaninya dengan bahagia. Orang tua bahagia dan anak bahagia, sehingga bonding atau kelekatan semakin erat dan baik anak maupun orang tua mendapatkan value atau nilai dari proses belajar tersebut.

Comments

back to top