Gambar: Pixabay.com |
Maraknya berita tentang pelecehan seksual membuat perasaan saya jadi geram bercampur cemas. Nggak hanya saya yang merasa seperti ini. Saat membaca kabar tentang anak yang dilecehkan lalu dibunuh dengan cara ditenggelamkan di lumpur, saya dan beberapa ibu lain kompak berkomentar "Tenggelamkan juga pelakunya di dalam lumpuuuuur!!!". Sungguh saya nggak bisa membayangkan bagaimana perasaan si anak saat disiksa atau bagaimana perasaan orangtuanya mengetahui anak kesayangannya diperlakukan seperti itu. Pastilah hancur hatinya. No wonder kalau saya dan beberapa teman rasanya pengen ngekepin anak terus-terusan.
Tubuh Kita Sangat Berharga
Tapi saya juga harus realistis. Menjaga anak bukan hanya dengan cara ngekepin terus-menerus atau ngintilin ke mana anak pergi. Suatu saat toh mereka akan dan harus mandiri juga. Jadi sebagai orangtua saya juga harus membekali anak dengan perlindungan diri. Perlindungan di sini maksudnya bukan semata-mata ilmu bela diri. Trus apa dong? Sebagai perlindungan pertama, saya ingin Rayyaan dan Razqa menyadari bahwa tubuhnya berharga. Orang lain nggak bisa sembarang pegang-pegang. Satu hal yang ingin saya terapkan adalah meminta izin anak sebelum memandikan atau membersihkan bagian tubuh mereka setelah pup, meskipun yang membantu adalah ibunya (dan ayahnya sendiri).
Nggak Pakai Baju? Maluuu
Ntah sejak kapan saya lupa tepatnya, saya berkata pada Rayyaan bahwa orang lain nggak boleh sembarangan melihat apalagi memegang tubuh kita. Kalau mandi atau pup sementara belum bisa sendiri, boleh dibantu Mama dan Papa. Di usianya yang 5 tahun ini alhamdulillah Rayyaan sudah makin aware. Meski untuk mandi masih dibantu, kadang urusan ganti atau memakai baju terutama baju rumah, sudah nggak mau dilihat siapapun. Saat ia masuk rumah sakit dan terpaksa hanya pakai celana saja karena kepanasan dan dua tangannya diinfus, ia juga nggak mau dilihat oleh orang lain selain Mama, Papa, dan Eyangkungnya. "Jangan lihat ya, Rayyaan malu." begitu katanya. Kalau berenang di kolam renangpun saya biasakan pakai baju renang tertutup, jangan cuma celana renang saja. Syukur alhamdulillah kalau berenang dengan teman-teman sekolah, gurunya mewajibkan murid-murid memakai baju olahraga, jadi aurat anak tertutup.
Jangan Cium Sembarangan!
Bagaimana dengan pelukan dan ciuman. Kadang kalau melihat anak kecil atau anak bayi, kita suka gemes pengen nyium. Tapi in my humble opinion kita harus berhati-hati, jangan sampai anak mengira kita boleh sembarangan mencium atau dicium. Jadi saya bilang ke Rayyaan, pelukan dan ciuman bisa untuk mengungkapkan rasa saya. Tapi yang boleh peluk atau cium Rayyaan dan Razqa hanya Mama, Papa, atau Eyang.
Batasi Tontonan
Selain itu saya juga berusaha menjaga anak-anak terutama Rayyaan dari tontonan yang nggak baik. Kalau Razqa masih bayi ya belum boleh nonton apapun. Tapi untuk Rayyaan saya dan papanya hanya mengizinkan ia nonton film animasi atau program yang aman untuk anak-anak. Mostly sih tontonannya film animasi seperti Tayo atau Robocar Poli yang memang anak-anak banget. Nonton sinetron? Big no! Kalau sedang diizinkan pinjam smartphone Mama Papanya pun kami pilih video offline misalnya kartun Islami (doa-doa, surat pendek, dsb), film animasi yang aman untuk anak, atau lagu anak-anak, atau ide DIY. Mau nonton online? Sesekali boleh, tapi harus dalam pengawasan. Karena ada lho video animasi dengan tokoh kartun anak, tapi kontennya berbau pornografi. Saya nggak mau anak-anak terpapar yang tidak-tidak dan mengira hal itu lumrah.
Antar Jemput Anak Sekolah
Oh iya, pernah dengar kan soal anak dilecehkan oleh orang di lingkungan sekolahnya? Naudzubillah ya. Untuk orangtua yang masih perlu bekerjasama dengan pihak lain (sekolah) untuk urusan mendidik anak, hal ini jadi pikiran banget lho. Jadi saat memilih playgroup dan TK untuk Rayyaan, saya pilih yang insyaa Allah lingkungannya aman. Untuk urusan antar jemput juga saya dan suami lakukan sendiri. Saya nggak anti sama jasa antar jemput anak/abudemen ya. Cuma untuk anak seusia Rayyaan memang terlalu kecil aja kalau harus diantar jemput oleh orang lain. Lebih nyaman dan tenang kalau kami antar jemput sendiri sampai suatu saat ia siap dan bisa menjaga diri kalau harus pergi dan pulang sekolah tanpa diantar jemput.
Boleh Menolak
Sebagai orangtua kadang ada perasaan ingin anak nurut atau bilang "ya" pada apapun yang kita minta atau suruh. Kesel bin greget gitu ya kalau minta anak melakukan sesuatu nggak langsung dikerjakan atau diiyakan hu hu. Tapi kalau dipikir-pikir, anak berani menolak atau bilang "nggak mau" itu ada bagusnya juga. Artinya dia bisa menolak kalau diminta melakukan sesuatu yang nggak sesuai keinginannya. Tinggal sebagai orangtua aja memberi pengertian kalau kita minta kerjasama dari si anak untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif. Misalnya kalau saya ajak Rayyaan untuk membereskan mainan atau mengaji. Tapi hopefully kalau suatu saat (jangan sampai kejadian ya Allah) ada orang memintanya melakukan hal yang tidak-tidak, ia berani menolak dan berkata tidak mau.
Jadi Teman dan Pendengar yang Baik Bagi Anak
Ini hal yang amat sangat penting dan saya masih terus belajar melakukannya. Sering kepikiran nih. Anak saya dua dan laki-laki semua. Semoga saya bisa jadi teman dan pendengar yang baik bagi mereka, jadi mereka nggak sungkan untuk ngobrol dan curhat sama Mamanya tentang hal apapun. Seperti yang ditulis Mak Wian di blog KEB tentang melindungi anak dari pelecehan seksual, jika anak dicintai tanpa syarat dan rumah menjadi tempat yang tenang dan damai bagi anak, insyaa Allah ia tidak akan mencari pelarian di tempat atau orang lain yang bisa jadi justru tidak aman baginya.
Akupun ngeri baca kasus-kasus kek gitu. Aduh, rasanya pengen deh kemana-mana bersama anak....
ReplyDeleteIya pelecehan seksual dimana-mana bikin horor aja
ReplyDeleteBatasi tontonan. Bener banget. Sekarang tayangan televisi ngeri-ngeri sedap
ReplyDelete