Heni Puspita

Blogger Mom | Photography Enthusiast | Home Education Facilitator

Dukung Program Langit Biru dengan Menggunakan BBM Ramah Lingkungan


Seberapa penting perempuan bisa membawa kendaraan sendiri? Buat saya penting sekali. Terutama setelah jadi ibu. Karena kalau suami sedang dinas luar kan jadi tidak bingung kalau harus berbelanja atau mengantar anak. 

Seperti minggu lalu misalnya saat saya harus membawa Razqa ke rumah sakit di malam hari. Kalau tidak bisa membawa kendaraan pasti bingung deh. Jadi memang bisa membawa kendaraan bagi saya merupakan life skill yang wajib dimiliki. Selain itu saat berpergian jauh juga bisa sesekali bergantian dengan suami. Lumayan kan suami jadi bisa beristirahat. 


Bergantian menyetir sampai ke Krui, Pesisir Barat


Kalau urusan perawatan kendaraannya bagaimana? Paham tidak ya? Yah sedikit-sedikit sih. Kalau cuma membawa mobil untuk dicek di bengkel, ke cucian mobil, atau mengisi angin ban ya bisa. Asal jangan diminta mengganti ban sendiri ya. Menyerah deh kalau yang itu he he. 

Urusan isi bahan bakar bagaimana? Ya sudah pasti bisa dong. Kalau nggak ada bahan bakarnya, nggak bisa jalan dong mobil atau motornya. Bahan bakar minyak atau BBM jenis apa yang dipakai? Biasanya keluarga saya menggunakan Pertalite dan Pertamax meski Premium kadang masih tersedia juga di beberapa SPBU. Mengapa memilih dua jenis bahan bakar itu dibanding Premium?

Keunggulan Pertalite 

Pertalite merupakan bahan bakar yang memiliki angka oktan atau RON (Research Octane Number) 90. Angka oktan yang lebih tinggi menandakan kualitas bahan bakar yang lebih baik dan lebih ramah lingkungan karena bisa menghasilkan pembakaran mesin yang lebih optimal dan tidak mempunyai kandungan timbal.

Selain itu Pertalite juga mudah didapatkan dan harganya cukup terjangkau yaitu Rp 7.850 per liter. Jenis kendaraan yang cocok menggunakan Pertalite adalah kendaraan dengan mesin kompresi 9:1 sampai 10:1 yang memiliki kebutuhan RON 90.

Keunggulan Pertamax

Pertamax adalah BBM produksi Pertamina yang memiliki angka oktan minimal 92. Ini menjadikan pembakaran lebih sempurna dan tidak meninggalkan residu. Selain itu Pertamax juga mengandung zat yang bisa membersihkan endapan kotoran pada mesin. Mesinpun menjadi lebih awet, lebih terjaga dari karat, dan pemakaian bahan bakar jadi lebih efisien. 

Punya kendaraan yang memiliki mesin kompresi 10:1 atau 11:1? Artinya pemiliknya wajib menggunakan Pertamax lho. Tidak hanya untuk mobil namun juga untuk motor. Pertamax cocok dengan motor keluaran beberapa tahun terakhir yang spesifikasinya tidak hanya harus efisien namun juga memiliki power yang besar. Tapi harganya Rp 9.200 per liter lho! Ih, pakai kendaraan elit kok nggak mau pakai BBM yang bagus juga he he. Sayang kan mesinnya.

"Semakin tinggi kompresi mesin atau tekanan dalam ruang bakar, dibutuhkan bahan bakar yang memiliki performa ketahanan lebih baik alias beroktan lebih tinggi." 

Tapi Premium kan lebih murah?

Premium memang pernah menjadi BBM untuk kendaraan bermotor yang paling populer di Indonesia. Di kota Bandar Lampungpun, jika di beberapa SPBU sedang ada stok Premium sudah bisa dipastikan akan ada antrian panjang untuk mendapatkannya. Bahkan tak sedikit pemilik mobil keluaran tahun 2000 ke atas yang masih ikut antri untuk membeli Premium. Pasti karena faktor harganya yang hanya Rp 6.450 per liter ya. 

Premium sendiri merupakan BBM dengan angka oktan terendah di antara BBM lainnya, yakni hanya 88. Tidak banyak negara yang masih menggunakan Premium. Selain Indonesia, yang masih menggunakannya adalah Bangadesh, Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Uzbekistan, dan Indonesia. 

Harga Premium memang lebih murah dibanding Pertalite dan Pertamax, tapi tahu nggak sih dampak yang mengintai jika kita terus-terusan menggunakan BBM beroktan rendah?

  1. Mesin kendaraan menjadi lebih cepat rusak.
  2. Emisi gas kendaraan bermotor yang dihasilkan lebih tinggi yang artinya lebih berpotensi mencemari lingkungan.

"Menggunakan bahan bakar yang tidak sesuai akan menyebabkan knocking yang beresiko merusak mesin mobil."

Program Langit Biru

Sudah pernah mendengar tentang program langit biru? Ternyata program ini sudah dicanangkan sejak tahun 1996 lho. Ya ampun sudah 25 tahun ya? Padahal saya baru tahu tentang program ini saat mengikuti Talkshow dan Dialog Publik "Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru.". Acara ini diadakan oleh YLKI bekerja sama dengan Kantor Berita Radio (KBR). 




"Program langit biru merupakan program yang bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor".

Banyak pembicara keren yang hadir dalam acara ini.  Salah satunya adalah Bapak Tulus Abadi sebagai Ketua Harian YLKI. 



Pak Tulus Abadi mengingatkan masyarakat sebagai pengguna kendaraan dan konsumen BBM bahwa penggunaan Premium bisa merugikan konsumen. Memang tidak kita sadari bahwa sebagai konsumen kita lebih fokus pada harga BBM, namun lupa pada dampaknya akan lingkungan juga mesin kendaraan kita. 



BBM merupakan energi fosil dan penggunaannya masih sangat dominan di Indonesia, yaitu lebih dari 85%. Dampaknya sangat serius bagi lingkungan dan kesehatan. Karena itu sebaiknya kita menggunakan BBM yang ramah lingkungan. 

Mengapa? Karena kita juga punya hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat dan bersih.


Mengapa Kita Harus Peduli pada Krisis Iklim?

Salah satu sesi favorit saya adalah saat Mbak Citra Dyah Prastuti dari KBR mengajak kita untuk bersama mengawal langit biru. Kata Mbak Citra, udara itu tidak bisa dikavling-kavling. Buktinya negara tetangga pernah marah saat kira 'mengirim' kabut asap ke sana. 



Nah betul juga ya. Krisis iklim ini kita lho penyebabnya. Emisi gas kan disebabkan oleh manusia yang mengotori udara. Akibatnya kualitas udara menurun, langit tidak biru di beberapa tempat yang polusinya sangat tinggi, dan akhirnya berdampak ke kesehatan manusia, terutama anak-anak. 

Krisis iklim tidak ada di Indonesia...

Yakin???

Ada fakta yang mencengangkan nih tentang Indonesia. Ternyata Indonesia merupakan posisi ke-4 penghasil emisi gas rumah kaca lho. Emisi per kapita kita mencapai 9.2. Sebagai perbandingan, emisi dunia nilainya 7.0 dan Cina 9.0. Ini belum termasuk masalah polusi lain di Indonesia ya.




Bicara tentang topik mengenai emisi dan polusi udara ini memang menyangkut banyak hal ya. Tidak hanya soal penggunaan BBM untuk kendaraan bermotor. Tapi inilah salah satu langkah yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat dan sebagai konsumen. Yaitu beralih ke sumber energi yang lebih bersih. 



Seperti yang diutarakan Mbak Citra, momen menghadapi pandemi Covid-19 ini bisa menjadi momen yang tepat lho. Karena tidak hanya saat ini pergerakan kita sedang terbatas, tapi karena kita jadi lebih menyadari arti pentingnya kesehatan. Tidak ada manusia yang bisa kebal dampak kesehatan akibat krisis iklim. Jadi mari kita menjaga kesehatan diri dan bumi dengan menggunakan BBM yang ramah lingkungan. 


Gambar: https://www.aqi.in/blog/amp/


Sumber:

https://www.pertaminafuels.com/gasoline

Talkshow dan Dialog Publik "Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru." 

Comments

  1. Setuju bangett dengan program ini.
    Semoga bisa menyentuh semua lapisan masyarakat
    supaya sadar urgensi langit biru nan ramah lingkungan ya

    ReplyDelete
  2. Sayang ya ... masih ada pemilik mobil keluaran tahun 2000 ke atas yang ikut antrean BBM Premium padahal gak bagus buat mesin mobilnya, juga buat lingkungan.

    ReplyDelete
  3. Fakta yg sangat mencengangkan bikin merinding itu sayangnya blm diyakini banyak orang. Masih banyak yg abai dan seolah dampak perubahan iklim itu gejala alam biasa...

    ReplyDelete
  4. Fakta yg sangat mencengangkan bikin merinding itu sayangnya blm diyakini banyak orang. Masih banyak yg abai dan seolah dampak perubahan iklim itu gejala alam biasa...

    ReplyDelete
  5. bener mba, sejak pandemi katanya langit jakarta jadi indah ya, jadi biru lagi, salah satu dampak positif pandemi :)

    ReplyDelete
  6. Jadi sebenarnya gapapa kita menggunakan kendaraan sendiri asal menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan ya?

    Semoga makin banyak juga orang yang tahu soal program langit biru yg sangat banyak manfaatnya ini ya

    ReplyDelete
  7. Di Surabaya SPBU yanv jual premium sudah jarang mbak. Udah 3 bulan ini dialihkan ke Pertalite dengan harga setara premium. Mungkin biar masyarakat terbiasa pakai pertalite sih ya, tapi kembali lagi harga murah selalu jadi pilihan, hehe..

    ReplyDelete
  8. Keluarga saya juga sudah memakai pertalite dan pertamax utk bbm kendaraannya memang bikin kendaraan awet dan ramah lingkungan

    ReplyDelete
  9. Ngeri juga ya Indonesia menjadi penghasil emisi gas rumah kaca ke-4 di dunia mengalahkan emisi dunia yg nilainya 7.0.
    Semoga langit biru kembali lagi menghiasi langit negara kita tercinta.

    ReplyDelete
  10. Surabaya langitnya mulai biru ini
    Tapi karena musim huja suka tertutup awan yang bawa partikel air untuk ditumpahkan

    ReplyDelete
  11. BBM ramah lingkungan ini seharusnya bukan lagi menjadi pilihan ya mba, tapi kewajiban. Kalau tidak bumi akan makin tidak sehat

    ReplyDelete
  12. Perlu banget perempuan mandiri, karena aku juga sering ditinggal dinas suami, hihii..
    Dan tahu sedikit sedikit mengenai mesin dan BBM. Dengan mengisi bahan bakar yang ramah lingkungan, sebenarnya kita juga merawat kendaraan agar memiliki lifetime service lebih lama.

    Banyak sekali keuntungannya.

    ReplyDelete
  13. langit biru memang sangat dirindukan ya Mbak, rasanya indah sekali jika melihatnya.
    meski harga Pertamax dan Pertalite lebih mahal dari Premium, tapi kan punya manfaat, bukan hanya bisa menjaga kesehatan mesin kendaraan paling penting juga menjaga lingkungan sebagai kontribusi untuk Bumi.

    ReplyDelete
  14. Salam kenal Mba Heni. Saya ke sini setelah melihat pengumuman juar di kbr.id. Selamat ya, tulisannya sangat informatif dan edukatif.

    ReplyDelete

Post a Comment

Silakan berkomentar yang sopan, tapi jangan beri link hidup di postingan ya. Terima kasih sudah berkunjung :)


Hubungi lewat: itshenipuspita@gmail.com
Jangan lupa follow IG @henipuspita29
Twitter @henipuspita29

back to top