Heni Puspita

Blogger Mom | Photography Enthusiast | Home Education Facilitator

Pilih E-book atau Buku Cetak?


Buku rasanya nggak bisa lepas dari keseharian saya. Ntah membaca buku baru maupun buku yang sudah lama, setiap hari pasti deh ada buku yang dibaca. Biasanya saya membaca buku saat sedang makan sendirian. Ya soalnya itulah waktu yang paling bisa dimanfaatkan untuk membaca buku. Selain itu ya membacakan buku buat anak-anak. 



Ngomong-ngomong soal buku nih, seiring berkembangnya teknologi, buku kini tidak hanya hadir dalam bentuk cetak namun juga bentuk digital alias e-book. Masing-masing tentu punya kelebihan dan kekurangan. E-book jelas praktis dibawa kemana saja, nggak berat, dan hemat kertas.

Pixabay.com

Tapi di sisi lain buku cetak juga punya kelebihan. Buku cetak nggak membuat mata cepat lelah. Selain itu, feelnyna beda saat membaca buku cetak dan e-book. Buku cetak itu ada aroma khasnya, bisa disentuh dan dibuka lembarannya, bisa ditulisi nama kita, bisa diwarnai dengan spidol, pokoknya terasa lebih nyata deh (ya iyalah he he). Tentang e-book dan buku cetak ini juga dibahas oleh Mak Kania Ningsih di postingan Ebook atau Buku Kovensional.

Pixabay.com

So lebih suka e-book atau buku cetak, Ma? Obviously pilih buku cetak ya. Tentu saja ini pilihan pribadi. Mata saya mudah lelah kalau harus berlama-lama menatap gadget dalam jarak dekat. Apalagi saya belum punya perangkat khusus untuk membaca e-book. Sekarangpun sedang berusaha mengatur waktu online via smartphone. Ini bukan cuma sekadar alasan, karena mata kanan saya memang sudah protes dalam wujud minus 1,75 hu hu.



Selain itu kalau membaca buku, saya memang senang yang bukunya bisa saya sentuh, dan saya buka lembaran-lembarannya, terutama kalau yang dibaca adalah Al Quran. Buku-buku tertentu malah saya warnai dengan spidol highlighter, misalnya buku parenting. Buku untuk anak-anak sih jelas saya pilih yang cetak.

Buku-buku ceritapun begitu, misalnya seri Little House in the Prairie atau Malory Towers. Karena berupa buku cetak jadi bisa dibaca anggota keluarga lain. Siapa? Eyang dan Akungnya anak-anak! He he. Kalau dalam bentuk e-book sih mereka nggak bakalan mau. Nggak betah dan matanya capek.


Meski begitu, saya nggak anti dengan e-book lho ya. Saya juga pernah kok membaca novel dalam bentuk e-book sebagai hiburan. Tapi kalau bukunya betul-betul saya sukai dan butuhkan, sepertinya saya akan tetap memilih versi cetaknya. Insyaa Allah ya, kalau dijaga baik-baik, buku-buku cetakpun bakal awet sehingga bisa dibaca oleh anak dan cucu kelak. Jadi warisan yang berharga sekali deh!

Comments

  1. Aku suka buku cetak mba. Tapi aku merasa kemampuan membaca menurun drastis. Nggak seperti beberapa tahun lalu yang tahan berjam-jam demi sebuah buku. Mataku sudah minus dan silinder. Akhir tahun lalu baru ketahuan silinder. Rasanya agak susah membaca buku dgital. Meskipun begitu aku donlot juga aplikasi perpus online, dan pinjem buku. Cuma ya pilihnya buku-buku dengan banyak gambar.

    ReplyDelete
  2. buku cetak itu ada sensasi tersendiri ya mak bacanya..

    ReplyDelete
  3. Wah sama kita mataku juga cepat lelah baca ebook

    ReplyDelete
  4. saya juga masih lebih suka baca buku betulan sih ketimbang ebook. tapi sekarang lumayan sering juga baca lewat perpustakaan digital kayak ijak karena bisa lebih hemat. hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Silakan berkomentar yang sopan, tapi jangan beri link hidup di postingan ya. Terima kasih sudah berkunjung :)


Hubungi lewat: itshenipuspita@gmail.com
Jangan lupa follow IG @henipuspita29
Twitter @henipuspita29

back to top